Beranda | Artikel
Renungan Tentang Kematian
Senin, 11 Desember 2023

RENUNGAN TENTANG KEMATIAN

Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.. Amma Ba’du:

Sesungguhnya orang yang tenggelam dalam kehidupan dunia, tercebur dalam syahwat dan kelezatannya akan menjadikan hatinya lalai terhadap kematian dan jika mengingatnya maka dia akan  benci dan berlari menghindar darinya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

قال الله تعالى :قُلْ اِنَّ الْمَوْتَ الَّذِيْ تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَاِنَّهٗ مُلٰقِيْكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ اِلٰى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ  (الجمعة: 8)

Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. [Al-Jum’ah/62: 8]

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

قال الله تعالى : أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكْكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ  (النساء: 78)

Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh. [An-Nisa’/4:78]

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

قال الله تعالى : كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ  (الأنبياء: 35)

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan. [Al-Anbiya’/21: 35].

Adapun orang yang mengenal Tuhannya maka dia selalu mengingat kematian, dia memegang wasiat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, ketika beliau bersabda,

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ

Perbanyaklah mengingat penghancur kelezatan, yaitu mati”.[1]

Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Ibnu Umar bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, bersabda.

عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا قَالَ فَأَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الْأَكْيَاسُ

“Seorang lelaki dari kaum Anshor datang dan mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, dan berkata, “Wahai Rasulullah orang mu’min yang manakah yang paling baik?. Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, menjawab, “Yaitu orang mu’min yang paling baik akhlaknya”. Orang tersebut kembali bertanya, “Orang mu’min manakah yang paling cerdas?. Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Orang mu’min yang paling banyak mengingat kematian, dan orang yang paling siap menghadapi masa selanjutnya mereka itulah orang yang cerdas”.[2]

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, “Kematian telah menyingkap keborokan dunia, maka dia tidak meninggalkan kesenangan apapun bagi orang berakal, dan tidaklah seseorang hamba mengarahkan hatinya untuk selalu mengingat kematian kecuali dunia itu menjadi hina baginya dan ringan padanya segala peristiwa yang terjadi padanya”.

Seorang penyair pernah berkata:
Tiada ketenangan dalam hidup ini selama ada yang mengeruhkan
Kelezatannya dengan mengingat kematian dan hidup di masa tua

Umar bin Abdul Aziz berkata, “Apabila suatu saat hatiku ini lalai mengingat kematian maka dia akan rusak. Dan sebagian mereka berkata, “Barangsiapa yang selalu mengingat kematian maka dia akan dimuliakan dengan tiga hal: Segera bertaubat, hati yang qona’ah dan giat dalam beribadah dan barangsiapa yang lupa mengingat kematian maka dia akan disiksa dengan tiga perkara: Mengulur-ulur taubat, tidak pernah merasa cukup dan malas dalam beribadah.

Dan kematian itu memiliki rasa sakit dan kesusahan yang akan menghampiri setiap orang yang meninggal namun terkadang ringan bagi sebagian hamba-hamba Allah seperti orang yang mati syahid dan cukuplah kilatan pedang yang menyambar kepalanya sebagai fitnah, sebagaimana hal itu disebutkan di dalam hadits yang shahih.[3]

Bahkan terkadang sakaratul maut menjadi berat bagi seorang hamba guna meringankan hamba tersebut dari beban dosa, atau sebagai rahmat dan penambah bagi derajat mereka, seperti para Nabi alaihimus salam, terutama Nabi kita, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, sungguh beliau telah merasakan beratnya sakaratul maut padahal beliau adalah orang yang paling dicintai oleh Allah.

Di dalam shahih Al-Bukhari dari Aisyah Radhiyallahu anha berkata.

كَانَ بَيْنَ يَدَيْهِ رَكْوَةٌ فِيهَا مَاءٌ ُ فَجَعَلَ يُدْخِلُ يَدَيْهِ فِي الْمَاءِ فَيَمْسَحُ بِهِمَا وَجْهَهُ وَيَقُولُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ ثُمَّ نَصَبَ يَدَهُ فَجَعَلَ يَقُولُ فِي الرَّفِيقِ الْأَعْلَى حَتَّى قُبِضَ وَمَالَتْ يَدُهُ

Bahwa di hadapan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam,  ada satu kantong air  lantas beliau memasukkan kedua tanganya pada air itu lalu beliau mengusap wajah dengannya dan berkata, “Tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah, sesungguhnya kematian itu amat berat”. Lalu beliau mengangkat tangannya dan berkata, “Ya Allah, aku mengharap Al-Rafiqul A’la”. Akhirnya nyawa beliau tercabut dan tangan beliau miring lemas”.[4]

Pada saat menghadapi beratnya kematian Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, menutupi dirinya, maka Fatimah berkata.

كَرْبَ أبَاهُ! فَقالَ لَهَا: ليسَ علَى أبِيكِ كَرْبٌ بَعْدَ اليَومِ

Alangkah beratnya apa yang dirasakan oleh bapakku. Lalu Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, bersabda, “Bapakmu tidak akan merasakan kesusahan setelah ini”.[5]

Karena begitu berat sakaratul maut yang beliau rasakan maka beliau bersabda, “Siramkan padaku dari tujuh ember air yang ditutup (biar terasa dingin), semoga saya kembali bisa menemui masyarakat”.[6]

Dan Aisyah berkata.

مَاتَ النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ وإنَّه لَبيْنَ حَاقِنَتي وذَاقِنَتِي، فلا أكْرَهُ شِدَّةَ المَوْتِ لأحَدٍ أبَدًا بَعْدَ النَّبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ

Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, meninggal dan beliau saat itu berada diantara tulang selangka dan daguku, aku tidak benci terhadap beratnya kematian yang terjadi pada seseorang untuk selamanya selain pada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam,”.[7]

Lalu kematian ini akan lebih berat lagi terhadap orang-orang kafir dan pada pendosa dari kalangan kaum muslimin. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

قال الله تعالى :  وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ قَالَ أُوحِيَ إِلَيَّ وَلَمْ يُوحَ إِلَيْهِ شَيْءٌ وَمَنْ قَالَ سَأُنْزِلُ مِثْلَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلَائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ (الأنعام: 93)

Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang lalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): Keluarkanlah nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. [Al-An’am/6: 93].

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman;

قال الله تعالى : وَلَوْ تَرَى إِذْ يَتَوَفَّى الَّذِينَ كَفَرُوا الْمَلَائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ وَذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ  (الأنفال: 50)

Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka dan berkata): “Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar“, tentulah kamu akan merasa ngeri”. [Al-Anfal/8: 50].

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam Musnadnya dari Al-Barro’ bin Azib berkata, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda.

إن العبد الكافر – وفي رواية: الفاجر – إذا كان في انقطاع من الدنيا، وإقبال من الاخرة، نزل إليه من السماء ملائكة – غلاظ شداد -، سود الوجوه، معهم المسوح من النار، فيجلسون منه مد البصر، ثم يجيء ملك الموت حتى يجلس عند رأسه، فيقول: أيتها النفس الخبيثة اخرجي إلى سخط من الله وغضب، قال: فتفرق في جسده فينتزعها كما ينتزع السفود – الكثير الشعب – من الصوف المبلول، فتقطع معها العروق والعصب”.. الحديث.

Sesungguhnya hamba yang kafir -dan di dalam sebuah riwayat disebutkan- hamba yang jahat, saat meninggalkan dunia ini dan menghadap menuju akherat, maka akan turun kepadanya malaikat dari langit, yaitu malaikat-malaikat yang keras lagi bengis, berwajah hitam dan membawa pakaian dari neraka, maka mereka duduk dengan jarak sepanjang penglihatan darinya, kemudian datanglah malaikat maut di sisi kepalanya dan berkata kepadanya: Wahai jiwa yang jahat keluarlah menuju murka dan laknat Allah. Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Maka malaikat tersebut menyebar pada seluruh tubuhnya lalu mencabik-cabik ruhnya sebagaimana besi yang banyak cabangnya mencincang wol yang basah, maka akan terputuslah semua urat dan otot-ototnya…”.[8]

Dan tidak boleh bagi seorang mu’min berangan-angan kematian walaupun ujian  hidup sangat berat. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari hadits riwayat Ummul Fadhl bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, menemui Al-Abbas pada saat dirinya sedang mengidap suatu penyakit dan mengharap kematian. Maka Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda.

يَا عَمَّي لا تَتَمَنَّ الْمَوْتَ إِنْ كُنْتَ مُحْسِنًا فأن تؤخّر تَزْدَادُ إِحْسَانًا إِلَى إِحْسَانِكَ خَيْرٌ لَكَ وَإِنْ كُنْتَ مُسِيئًا فَإِنْ تُؤَخَّرْ تَسْتَعْتِبْ خَيْرٌ لَكَ فَلَا تَتَمَنَّ الْمَوْتَ

Wahai Abbas, Wahai pamanku janganlah engkau berangan-angan menghadapi kematian, jika engkau termasuk orang yang berbuat baik berarti kamu memberikan tabungan kebaikan bagi dirimu sebagai tambahan atas kebaikan yang lain dan jika engaku termasuk orang yang suka berbuat jahat maka dilambatkannya kematianmu akan hal itu sebagai peluang bagimu untuk mencari alasan bertaubat, maka janganlah kamu berangan-angan untuk mati”.

Yunus berkata, “Jika engkau adalah orang yang suka berbuat keburukan  maka diakhirnya kematian sebagai peluang bagimu untuk meminta taubat dari kesalahanmu dan itu lebih baik bagimu”.[9]

Diriwayatkan oleh Al-Syaikhan dari Anas radhiallahu’anhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda.

لاَ يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمْ الْمَوْتَ لِضُرٍّ نَزَلَ بِهِ. فَإِنْ كَانَ لاَ بُدَّ مُتَمَنِّيًا لِلْمَوْتِ، فَلْيَقُلْ: اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتْ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي، وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتْ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي

Janganlah salah seorang di antara kalian mengharap kematian hanya karena adanya ujian keburukan yang menimpa dirinya. Namun jika dia harus berangan-angan untuk mati maka hendaklah dia berkata, “Ya Allah hidupkanlah aku jika hidup itu lebih baik bagi diriku dan matikanlah aku jika mati itu lebih baik bagi diriku”.[10]

Dan wajib bagi setiap manusia untuk mempersiapkan dirinya menghadapi kematian sebelum ajal tiba datang menjemput yaitu dengan segera beramal shaleh.

Dan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, telah berharap kepada kita dengan pengharapan yang tinggi serta menyeru agar kita memanfaatkan kesempatan dan tidak lalai. Dan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, juga memberitahukan bahwa orang yang lalai dalam masalah ini maka dia akan berangan-angan kembali hidup di dunia padahal dia telah dihalangi untuk kembali menuju dunia ini. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

قال الله تعالى : حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ * لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (المؤمنون: 99-100)

“Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku ke dunia”. agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya. [Al-Mu’minun/23:99-100].

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

قال الله تعالى : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ * وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ (المنافقون: 9-10)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?”. [Al-Munafiqun/63: 9-10]

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya dari Ibnu Umar berkata: Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam memegang pundakku dan bersabda.

كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ: إِذَا أَمْسَيْتَ فَلا تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلا تَنْتَظِرِ المَسَاءَ. وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لمَوْتِكَ. رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ

Jadilah di dunia ini seakan-akan engkau orang asing atau orang yang sedang mengadakan perjalanan”. Dan Ibnu Umar berkata, “Apabila engkau berada di waktu sore maka janganlah engkau menunggu waktu pagi dan jika engkau berada di waktu pagi maka janganlah engkau menunggu waktu sore, dan manfaatkanlah waktu sehatmu sebelum datangnya rasa sakit dan manfaatkanlah hidupmu sebelum datang kematianmu”.[11]

Di dalam sebuah riwayat di dalam sunan Al-Tirmidzi.

وعد نفسك من أهل القبور، فإنك لا تدري يا عبدالله ما اسمك غدًا

Dan anggaplah dirimu sebagai penghuni kubur, sebab engkau, wahai hamba Allah tidak mengetahui siapakah namamu pada esok harinya”.[12]

Seorang penyair berkata:
Wahai orang yang sibuk membangun dunianya
Dan diperdaya oleh angan-angan yang panjang
Kematian datang menjemputmu  secara tiba-tiba
Dan kuburan adalah sebagai kotak amal hamba

Dan penyair yang lain berkata:
Seandainya setelah kematian datang kita dibiarkan
Maka kematian adalah tujuan setiap insan yang hidup
Namun kita pasti dibangkitkan setelah kematian itu
Dan setelahnya kita ditanya tentang segala sesuatu

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.

[Disalin dari الموت وعظاته  Penulis : Syaikh  Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi, Penerjemah : Abu Umamah Arif Hidayatullah. Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2013 – 1434]
_______
Footnote
[1] Sunan Turmidzi: no: 3307.
[2] HR. Ibnu Majah: no: 4259
[3] Sunan Al-Nasa’I no: 2053
[4] Al-Bukhari: no: 4449
[5] Bagian dari hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari no: 4462
[6] Bagian dari hadits di dalam shahih Al-Bukhari nomor: 4446
[7] Shahih Al-Bukhari no: 4446
[8] Musnad Imam Ahmad: 4/287-288 dishahihkan oleh sykeh Al-Bani  di dalam kitab ahkami jana’iz wa bida’iha wa jami’I ziadatiha”. Halaman: 198-202
[9] Musnad Imam Ahmad: 6/339
[10] Al-Bukhari no; 6351 dan Muslim: no: 2680
[11] Shahih Bukhari: no: 6416
[12] Sunan Al-Tirmidzi: 2333


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/94610-renungan-tentang-kematian.html